Hawking : Surga Itu Cuma Dongeng

2321104p Hawking : Surga Itu Cuma Dongeng


Stephen Hawking
KOMPAS.com – Mayorita umat beragama di Indonesia mempercayai bahwa manusia dijanjikan kehidupan yang kekal di akhirat beserta surga jika mampu berbuat baik dalam hidupnya. Tapi, dalam wawancara dengan The Guardian Senin kemarin (16/5/11), fisikawan Stephen Hawking membantah dan mengatakan bahwa konsep kehidupan kekal dan surga hanyalah dongeng belaka.
Hawking mengatakan, kematian terjadi ketika otak berhenti bekerja. "Saya menganggap otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan," urai Hawking.
Dalam wawancara itu, Hawking juga mengemukakan bahwa fluktuasi kuantum pada masa awal semesta menciptakan galaksi, bintang dan kehidupan, termasuk manusia. "Ilmuwan memprediksikan bahwa ada banyak semesta yang tercipta sercara spontan. Adalah masalah kesempatan saja kita ada di dalamnya," kata Hawking.
Pernyataan tersebut juga mempertegas isi buku The Grand Design karyanya yang dipublikasikan 2010 lalu. Buku itu menyatakan bahwa penciptaan semesta dan eksistensinya tak perlu peran serta Tuhan. gagasan Hawking yang kontroversial menyulut perdebatan dengan para pemuka agama.
Pertanyaannya kemudian, ketika kehidupan kekal dan surga tak ada, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya? Hawking mengemukakan bahwa hakekat kehidupan adalah menemukan makna dari tindakan yang dilakukan. "Kita harus menemukan nilai tertinggi dari tindakan kita," cetus Hawking.
Hawking sendiri menyatakan bahwa ia tak takut mati. "Saya telah hidup dengan prediksi kematian dini selama 49 tahun. Saya tak takut mati, tapi saya juga tak buru-buru ingin mati. Saya masih punya banyak hal yang perlu saya lakukan," papar fisikawan yang juga menulis buku best seller "A Brief History of Time" pada tahun 1988.
Dalam kesempatan wawancara itu, Hawking menyatakan, "Semesta diatur oleh sains. Tapi sains mengatakan pada kita bahwa kita tak bisa menyelesaikan persamaan secara langsung. Kita harus menggunakan teori seleksi alam Darwin untuk survive. Kita akan memberi mereka nilai tertinggi."
Hawking juga mengatakan sisi sains yang paling menarik bagi dirinya. "Sains menjadi menawan ketika mampu menjelaskan secara sederhana fenomena atau hubungan setiap observasi yang berbeda. Misalnya terkait struktur DNA double helix dalam ilmu biologi dan persamaan dasar fisika," ungkap Hawking.
Hawking diketahui mengidap penyakit neuron motorik sejak usia 21 tahun. Dokter memprediksi bahwa hidupnya tak akan lama tetapi ternyata ia hidup hingga 5 dekade setelah diagnosa penyakit itu. Kesempatan hidup lebih itu membuat Hawking merasa bahwa ia memiliki nilai kehidupan yang lebih.
Sumber :
The Guardian

Tidak ada komentar: