Jakarta Memang Punya Potensi Gempa 8,7SR

2142458620X310 Jakarta Memang Punya Potensi Gempa 8,7SR
KONTAN/FRANSISKUS SIMBOLON
Ribuan kendaraan dari dua arah terjebak kemacetan di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (21/4/2011). Kemacetan di Jakarta semakin parah jika menjelang libur panjang akhir pekan.


JAKARTA, KOMPAS.com — Staf Khusus Kepresidenan Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, Minggu (15/5/2011), menyatakan, Jakarta memiliki potensi gempa 8,7 skala richter (SR). Potensi gempa, yang sebenarnya bukan isu baru, bersumber dari aktivitas seismik di wilayah Selat Sunda.
Menanggapi hal tersebut, peneliti gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya, mengatakan, "Potensi itu memang ada. Kekuatannya bisa seperti yang dikatakan, 8,7 skala Richter. Tetapi masih perlu dikaji, apakah bisa kurang dari itu atau bahkan lebih."
Danny mengatakan, potensi kekuatan gempa tersebut bisa diperkirakan dengan melihat dimensi zona subduksi. "Kekuatan gempa itu, kan, berbanding lurus dengan sumber gempa, dimensi zona subduksi. Dari situ kami bisa transfer dengan formula tertentu sehingga mendapatkan potensi gempanya," kata Danny ketika dihubungi, Selasa (17/5/2011).
Potensi gempa di Selat Sunda bisa terjadi sebab wilayah itu berada di atas zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia serta zona transisi subduksi miring di barat Sumatera dengan subduksi tegak di selatan Jawa. Gempa bisa dipicu oleh pelepasan energi dari pergerakan lempeng Indo-Australia ke utara dengan kecepatan 6 cm/tahun.
Menurut rekaman selama ini, Danny mengatakan, gempa berkekuatan kecil sebenarnya sering terjadi di wilayah Selat Sunda, tetapi tidak dengan gempa berkekuatan besar. Ia tak menampik kemungkinan bahwa gempa besar bisa terjadi akibat aktivitas seismik di wilayah ini meski waktunya tidak bisa diperkirakan.
Danny mengungkapkan, yang perlu dilakukan sekarang adalah keseriusan dalam mendata. Menurut dia, penelitian potensi gempa di Selat Sunda hingga saat ini masih minim. Bahkan, bila dibandingkan dengan penelitian kegempaan di Sumatera, penelitian di Selat Sunda belum ada apa-apanya.
Berkaitan dengan potensi gempa ini, Danny menuturkan bahwa Jakarta perlu melakukan langkah antisipasi. "Ini karena di Jakarta, kan, banyak aset dan teknologi. Misalnya kalau gedung pusat cyber itu rusak, ini akan memengaruhi seluruh Indonesia. Belum lagi, misalnya, sektor perbankan dan lainnya."
Danny menambahkan perlunya persiapan di tingkat masyarakat. "Persiapan di masyarakat juga perlu. Misalnya, di Padang, kan, sudah pernah terjadi, masyarakat diajak siap. Tetapi bagaimana di Jakarta? Ini harus juga dilakukan." Di samping itu, bangunan tahan gempa dan sistem evakuasi di gedung ketika terjadi gempa juga harus diperhatikan.
Sejauh ini catatan gempa besar di Jakarta masih minim. "Ada catatan dalam buku Hanna (Willard A Hanna-Hikayat Jakarta) bahwa gempa besar pernah terjadi tahun 1699 yang mengakibatkan kerusakan parah. Namun, belum diketahui apakah gempa itu bersumber dari wilayah Selat Sunda," kata Danny.

Tidak ada komentar: